info@lazismupulangpisau.org

Kontak Email Kami

0812 5006 553

Hubungi Kami

 AL-Ma’un

AL-Ma’un

Oleh : Ikhwanushoffa

Sebagai Kyai besar pada zamannya, Kyai Dahlan tak malu awal mula mengajarkan kepada murid-muridnya dengan surat pendek dari juzamma. Bahkan itu menjadi aras utama Persyarikatan yang nantinya Beliau dirikan. Muhammadiyah amat tenar sebagai penggerak al-Ma’un. Surah al-Ma’un adalah surah yang sedemikian mudah untuk mengidentifikasi apakah Islam kita bohongan, dan apakah ibadah utama kita yakni sholat fardlu masih dibilang cilaka.

Islam tipu-tipu bila kasar sama anak yatim dan enggan bantu fakir miskin. Hal tersebut direspon sungguh-sungguh oleh Kyai Dahlan beserta murid-muridnya dengan pola anak asuh bahkan mendirikan panti asuhan. Hal tersebut okelah sebagian masih bertahan sampai sekarang. Selanjutnya, Beliau merintis semua Amal.Isaha Muhammadiyah ( AUM )  unggulan kala itu, baik itu sekolah, rumah sakit bahkan rumah enterpreuner semuanya gratis untuk dhuafa.

Pertanyaannya, apa yang sekarang gratis di Muhammadiyah padahal dahulu serba gratis? Itu kalimat pertama Gus Dok sekitar tahun 2011 di rapat perdana Lazismu Sragen kala saya gabung awal. Coba kita bayangkan awal Muhammadiyah berdiri masih miskin tapi mampu menggratiskan orang miskin. Sekarang Muhammadiyah kaya, mana AUM yang ngawe-ngawe orang miskin untuk digratiskan? Miskin dan kaya konsekuensinya amat beda. Orang miskin tidak membantu tidak dosa. Tapi orang kaya diam saja, walau tidak melakukan kesalahan akan berdosa ketika ada yang membutuhkan tetapi tidak dibantu. Itulah konsekuensi sebagai sang kaya. Dan Muhammadiyah adalah ormas terkaya, tidak cuma di Indonesia bahkan di muka bumi ini.

Masih pula dibilang cilakalah yang sholat. Yang lupa sama sholatnya, yang masih butuh penilaian orang dan tidak mau ajak-ajak memberi barang yang berguna.

 

Al-Ma’un artinya barang yang berguna. Barang berguna adalah barang yang kita sendiri masih butuh, maka kalau sedekahan pakai barang bekas bukan al-Ma’un namanya. Pun, tak boleh hanya memberi. Harus mengajak yang lain. Maka Muhammadiyah sejak awal sudah terkenal dengan organisasi yang mengajak (dakwah).

Dulu, orientasi utama kita adalah dhuafa. Namun, puluhan tahun perlahan tapi pasti dhuafa makin tersisih tanpa kita ketahui kapan itu mulainya. Tak ada satupun Majelis, Lembaga dan Ortom (MLO) dan AUM selama berpuluh tahun mempunyai program pengentasan kemiskinan. Orang miskin sakit, orang miskin putus kuliah, orang miskin ga punya modal hampir bukan menjadi perhatian utama Muhammadiyah. Sebagai ormas terkaya, di tengah kesibukan mengurus segala tetek-bengek Persyarikatan, saat itu pula kita menumpuk dosa karena abai sama sang fakir.

Ketika Lazismu hadir, harapan Islam yang tidak tipu-tipu muncul kembali. Orientasi utama adalah asnaf fakir miskin. Lazismu bergerak secara imparsial. Warga Muhammadiyah maupun bukan selama layak bantu dan masuk asnaf, selama Lazismu mempunyai kemampuan Insya Alloh akan dibantu sekuat tenaga. Bila Lazismu dianggap kurang berperan bagi Muhammadiyah, bila Lazismu dianggap punya dosa organisatoris terhadap Persyarikatan, lalu sebesar apa dosa AUM yang hingga saat ini tidak menerapkan potong penghasilan sebagai Zakat Profesi? Seberapa dosa mereka yang masih enggan memotong Zakat Lembaga yang ia pimpin?! Padahal zakat maal hukumnya wajib dan menjadi Rukun Islam. Bahkan Abu Bakar perang terhadap mereka sebagai qitalul murtadin (memerangi orang murtad).

Wallaahu a’lam.

Lempuyangan, 7 Rajab 1445 H

 

Ikhwanushoffa | Manager  area Lazismu Jawa tengah

Bonni Febrian